Foto: Papan informasi proyek revitalisasi SMP Negeri 6 Borong
Jajak.net – Sejumlah warga Desa Compang Ndejing, Kabupaten Manggarai Timur, akhirnya dilibatkan dan mendapat jatah pekerjaan dalam proyek revitalisasi gedung SMP Negeri 6 Borong setelah sebelumnya melakukan aksi protes.
Andri Seram, salah satu warga Sok – di sekitar lokasi proyek — yang ikut dalam aksi itu, mengatakan pihak sekolah sudah bersepakat untuk melibatkan masyarakat sekitar.
“Sudah berdamai dan bersepakat untuk kerja sama. Kami dilibatkan sebagai kepala tukang,” ujarnya baru-baru ini.
Ia tidak merinci anggaran yang dikelola masyarakat, namun menyebut kesepakatan itu lahir setelah ketegangan dengan pihak sekolah.
Proyek revitalisasi ini sendiri menelan anggaran Rp4,22 miliar dari APBN.
Sebelumnya, pada 16 Agustus 2025, Andri bersama sejumlah warga menolak pembangunan tersebut karena dinilai tidak melibatkan masyarakat lokal.
Mereka mendatangi lokasi proyek dan menuding pihak sekolah lebih memilih tenaga kerja dari luar.
“Ini dana swakelola, tapi kenapa kami masyarakat sekitar tidak dilibatkan? Kami punya mobil, pasir, tukang, semua ada,” kata Stefanus Seram saat aksi berlangsung.
Sejumlah warga lain juga menyuarakan penolakan serupa. Mereka menduga ada motif tertentu di balik keputusan pihak sekolah.
“Kami minta pekerjaan ini dihentikan kalau tidak melibatkan masyarakat sekitar,” ujar seorang warga.
Proyek revitalisasi SMP Negeri 6 Borong dilaksanakan dengan pola swakelola oleh Panitia Pembangunan Satuan Pendidikan (P2SP).
Berdasarkan juknis, P2SP beranggotakan kepala sekolah, ASN/pegawai tetap, komite sekolah, serta masyarakat—khususnya yang memiliki latar belakang konstruksi.
Program revitalisasi ini merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menekankan partisipasi masyarakat sekaligus penggerakan ekonomi lokal.
Namun, menurut warga, prinsip itu tidak dijalankan. Sosialisasi baru dilakukan beberapa hari sebelum pekerjaan dimulai, dan ketika warga mengajukan partisipasi melalui Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPlah), mereka tetap tidak dilibatkan.
“Kami sudah ajukan di SIPlah lewat orang Dinas PPO. Tapi yang kerja justru orang luar,” kata Stefanus.
Aksi protes warga yang berlangsung sekitar satu jam kemudian berakhir setelah pihak kepolisian memediasi kedua belah pihak di Polres Manggarai Timur. Mediasi berjalan pada Sabtu siang hingga sore, pukul 13.00 hingga 18.00 Wita.
“Tadi sudah ada kesepakatan yang akan dituangkan dalam bentuk surat. Silakan tanya ke kepala sekolah,” kata salah seorang warga usai mediasi.
Kepala SMP Negeri 6 Borong enggan memberi keterangan kepada wartawan. “Tidak usah. Tulis yang baik saja,” ujarnya singkat.
Belakangan, seorang warga menyebut mereka mendapat porsi pekerjaan senilai Rp450 juta, dengan material lokal—khususnya pasir.
“Semua pasir untuk proyek sekolah itu diambil dari lokasinya Om Saka,” kata warga tersebut.
Saka merupakan salah satu warga yang terlibat dalam aksi protes. Ia dikenal sebagai “bos pasir” karena memiliki lokasi penambangan yang cukup luas di wilayah tersebut.
Jajak.net sudah berulangkali menghubungi Saka melalui panggilan dan pesan WhatsApp untuk mengonfirmasi informasi tersebut, namun belum ada tanggapan.
Post Comment