Oleh: Jeli Jehaut
(Peminat masalah sosial, tinggal di Ruteng)
Jajak.net – Banyak hal telah berubah dalam dekade terakhir. Meski terdengar aneh sebagian besar kehidupan kita dijalankan oleh algoritma dan itu adalah sesuatu yang telah berubah dengan cepat tanpa kita sadari.
Di era sekarang, siapa yang mampu memanfaatkan potensi dari Big Data dan kecerdasan buatan (AI) akan melesat jauh. Argumen ini masuk akal karena hari ini kita hidup di tengah banyaknya teknologi yang bermunculan hampir setiap menit. Banyak tugas menjadi efektif dan efisien. Harus kita akui teknologi bukan hanya perangkat yang memudahkan hidup, tetapi mitra dalam mendorong kemajuan.
Dalam konteks yang lebih konkrit situasi ini mengharuskan data, manusia dan teknologi berkolaborasi untuk mendapatkan output maksimal. Inilah yang saya singgung di awal algoritma akan jadi pemain penting.
Mari kita bergeser dampaknya pada model kepemimpinan. Pemimpin hari ini dituntut untuk memahami algoritma yaitu bagaimana menghubungkan antara data, manusia dan kesempatan untuk menciptakan inovasi yang berdampak luas.
Kepemimpinan algoritma dapat dijelaskan sebagai pendekatan kepemimpinan yang memanfaatkan data, otomatisasi, dan algoritma dalam pengambilan keputusan dan efisiensi organisasi. Pemimpin dengan pendekatan menggunakan analisis data dan strategi adaptif untuk membuat keputusan yang akurat dan strategis serta mengelola tim secara lebih efektif. Pemimpin tipe ini biasanya menggunakan data untuk memahami tren, pola, dan potensi masalah, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih informatif.
Kepemimpinan algoritma setidaknya digambarkan oleh dua hal. Pertama terkait sikap, yang ditandai oleh kesadaran bahwa keputusan terbaik itu adalah tidak membuat keputusan sama sekali. Jadi pengambilan keputusan justru didelegasikan kepada jajarannya, tentu tidak termasuk keputusan yang sangat strategis. Drescer (2017) memperlihatkan bahwa pemimpin model ini berkorelasi positif dengan citra kepemimpinan dan kepuasan kerja. Sederhananya kepemimpinan algoritma tidak terlalu pusing dengan hierarki yang terlalu kaku.
Ciri Kedua adalah pemimpin algoritma memiliki tools yang bisa dipakainya sesuai tujuan yang ingin dicapai. Internet dan data menjadi sumber pengetahuan. Hal ini membuat beban kerja berkurang dan anggotanya bisa lebih fokus pada manusia. Pemimpin bisa merumuskan inovasi yang tepat dan memberdayakan talenta yang ada.
Algoritma yang Manusiawi
Catatan kritis yang perlu dipikirkan oleh pemimpin algoritma. Pertama, kesadaran bahwa meskipun algoritma sebagai alat bantu, namun bukan penentu mutlak. Pemimpin harus tetap memiliki kendali dan tidak menyerahkan seluruh keputusan pada AI. Pengambilan keputusan tidak boleh mengabaikan etika, nilai moral dan kebijaksanaan manusia.
Kedua, Pemimpin Algoritma perlu membangun literasi digital untuk semua kalangan. Masyarakat harus memahami bagaimana algoritma bekerja agar tidak menjadi korban manipulasi data. Regulasi yang jelas harus diterapkan agar penggunaan algoritma tidak merugikan hak-hak individu dan masyarakat luas. Prinsipnya pemimpin yang sukses di era digitalisasi harus mampu menguasai algoritma tetapi tidak boleh dikendalikan oleh algoritma. Teknologi itu alat bantu bukan penentu mutlak kehidupan manusia. Pendek kata butuh keseimbangan antara kecerdasan artifisial dengan kebijaksanaan manusia.
Kepemimpinan Era Efisiensi
Pemimpin algoritma related dengan kondisi indonesia hari ini. Konsep efisiensi yang diluncurkan Presiden Prabowo setidaknya paling mudah untuk diaplikasikan dengan gaya kepemimpinan algoritma.
Napas utama yang paling terlihat dengan penerapan gaya kepemimpinan algoritma adalah ‘pemaksaan’ untuk lahirnya kreativitas dengan pemanfaatan tools teknologi sehingga, kebijakan yang diambil lebih terbarukan, memotong hierarki yang tidak efisien, penemuan shortcut yang memungkinkan penghematan tenaga dan waktu, memangkas biaya dan tentu terukur, fokus dan efisien.
Mutu kerja hari ini tidak lagi diukur oleh besaran pembiayaan tapi oleh kepandaian merancang aksi berbasis data yang akurat, menetapkan prioritas dan terakomodirnya banyak talenta. Maka sejujurnya jika kepemimpinan algoritma dipraktikkan dengan baik, maka efisiensi anggaran adalah berkat. Berhentilah menghardik kegelapan, tapi nyalakan saja lilin, maka semuanya akan menyala.