Titik longsor pada ruas Paka-Ntaur-Pupung di Kecamatan Rana Mese. [Foto: Dokumentasi Jajak.net]
Jajak.net – Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Manggarai Timur, lupa nama perusahan konsultan perencana proyek jalan Paka-Ntaur-Pupung yang menjadi sorotan setelah tergerus longsor pada akhir Januari 2025.
“Perusahan dari Ruteng, saya lupa namanya,” kata Wilibrodus Adeputra Lama, PPK proyek jalan itu, kepada Jajak.net pada Kamis, 13 Februari 2025.
Ia mengatakan proses penentuan perencana proyek tersebut yakni melalui mekanisme penunjukan langsung.
“Sebentar saya cek lagi,” katanya.
Putra, sapaannya, tidak menjawab pertanyaan terkait pagu anggaran untuk perencanaan proyek itu.
Jajak.net berulangkali melakukan pencarian terkait konsultan perencana dan pengawas jalan tersebut di LPSE Manggarai Timur dan SIRUP LKPP, tetapi tidak ditemukan.
Di SIRUP LKPP hanya termuat biaya pengawasan proyek tersebut senilai Rp100 juta. Sedangkan biaya perencanaan tidak tercantum.
DPRD Kritisi Perencanaan
Perencanaan peningkatan jalan segmen Paka-Ntaur-Pupung di Kecamatan Rana Mese menjadi sorotan setelah longsor menggerus sebagian badan jalan tersebut pada Kamis, 30 Januari 2025. Titik longsor selebar sekitar belasan meter itu berada persis di antara Kampung Rama dan Ntaur.
Ferdinandus ‘Rikar’ Rikardo, salah satu Anggota DPRD Manggarai Timur dari Dapil Borong-Rana Mese, mengkritisi perencanaan proyek jalan itu, karena “tidak memperhitungkan risiko bencana.”
“Mereka asal buat saja hotmix ini, tidak ada drainase dan tidak ada pelebaran di jalur rawan longsor,” kata ketua Fraksi PKB itu.
Ruas jalan Paka-Ntaur-Pupung dikerjakan pada 2024 oleh PT Indoraya Jaya Perkasa yang beralamat di Jl. S. Parman, Kelurahan Trikora, Ngada. Harga kontrak proyek ini sebesar Rp16.340.000.000.
Merujuk LPSE Manggarai Timur, pada 2023, perusahaan ini juga mengerjakan proyek peningkatan jalan Lempang Paji-Sp. Lewurla dengan harga kontrak Rp19.963.888.000.
Kemudian, pada tahun ini, PT Indoraya Jaya Perkasa menjadi pemenang tender proyek peningkatan jalan Raong-Woko Ledu-Wirung Kecamatan Elar Selatan dengan pagu Rp27 miliar lebih. Proyek ini dikabarkan batal akibat pemangkasan anggaran oleh pemerintah pusat.
PPK: Drainase dan Deker Tidak Ada dalam Perencanaan
Jajak.net menyaksikan langsung di sekitar titik longsor pada ruas jalan Paka-Ntaur-Pupung itu, terdapat dua kali mati serta satu bak air minum bersih —— yang jika penuh airnya meluap dan meluber ke badan jalan.
Tampak tidak ada drainase dan deker untuk pembuangan air, kendati secara kasat mata, di area longsor dan sekitarnya merupakan daerah berair.
“Itu wilayah TWA (Taman Wisata Alam),” katanya, sembari menambahkan bahwa pelebaran jalan, pembangunan drainase dan deker di wilayah konservasi harus ada izin.
“Kita belum ada PKS (Perjanjian Kerja Sama) dengan BKSDA,” katanya.
Putra mengatakan, saat ini, penyedia atau kontraktor sedang memperbaiki jalan yang tergerus longsor itu.
Dalam perbaikan itu, kata dia, dirinya telah meminta penyedia untuk memasang pipa drainase untuk pembuangan air di dalam TPT (Tembok Penahan Tanah).
“Pipa drainase dipasang setelah bencana (longsor) karena sebelumnya tidak ada air (di area longsor), “ kata Putra.
Padahal, merujuk pada uraian singkat pekerjaan peningkatan jalan Paka-Ntaur-Pupung yang tercantum dalam informasi tender yang diakses Jajak.net di LPSE Manggarai Timur, dijelaskan bahwa “pekerjaan ini mencakup galian selokan baru…”
Jajak.net sudah kembali menghubungi Putra, menanyakan konsultan perencana dan pengawas serta pagu anggaran untuk perencanaan proyek itu, tetapi ia tidak merespons.
Pesan konfirmasi yang dikirim melalui aplikasi WhatsApp tercentang dua, tanda sudah masuk, tetapi hingga berita ini terbit, ia tidak membalasnya.
Kalau betul demikian, harus kawal sampai masa pemeliharaan selesai. Sucses ya.