Loading Now
×

Peduli Bencana Tanah Bergerak di Nenu, Manggarai Timur, Kodim 1612 Beri Bantuan Ribuan Anakan Pohon

Jajak.net – Komando Distrik Militer (Kodim) 1612 Manggarai memberi bantuan ribuan anakan pohon untuk ditanam di lokasi bencana tanah bergerak di Kampung Nenu, Desa Paan Leleng, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur.

Sebanyak 5500 anakan sejumlah jenis pohon seperti mahoni, jati putih, durian, dan ulin, diserahkan kepada masyarakat melalui pemerintah desa pada Jumat, 31 Januari 2025.

Kepala Desa Paan Leleng, Juliana Salestin mengatakan, mewakili masyarakat yang terdampak bencana, ia menyampaikan terimakasih kepada Kodim 1612 Manggarai yang telah peduli dan memberikan bantuan anakan pohon.

“Terima kasih atas kepedulian dan bantuan Dandim 1612 Manggarai yang telah memberikan bantuan anakan pohon sebanyak 5.500 koker,” katanya.

Hal serupa juga diutarakan oleh Elvis Jehama, anggota DPRD Manggarai Timur dari Dapil Kota Komba-Kota Komba Utara.

Elvis yang saat penyerahan bantuan itu juga hadir di tengah warga terdampak, mengapresiasi Kodim 1612 Manggarai yang peduli terhadap bencana tanah bergerak itu.

“Atas nama pribadi dan mewakili Fraksi saya sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Dandim 1612 Manggarai atas kepedulian, juga kepada Babinsa dan anggota TNI yang sama-sama terlibat membantu warga terdampak,” kata Ketua Fraksi Nasdem tersebut.

Disaksikan Jajak.net, usai penyerahan bantuan itu, Babinsa dan beberapa anggota TNI dari Koramil 161204 Manggarai Timur bersama-sama dengan warga melakukan penanaman pohon di lokasi bencana.

Bencana tanah bergerak di Nenu terjadi sejak Desember 2024. Sebanyak delapan rumah dan 27 hektar lahan pertanian terancam rusak akibat bencana tersebut.

Sejumlah warga yang rumahnya terancam rusak, kini telah mendapatkan bantuan tanggap darurat dari Pemerintah Daerah Manggarai Timur.

Hasil kajian Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Geologi (BGP MBG) terdapat tiga patahan yang memicu pergerakan tanah di Nenu.

“Patahan pertama sepanjang sekitar 1,5 kilometer. Zona patahan pertama dekat sungai sehingga telah merapat daerah aliran sungai. Patahan kedua bisa mengisi zona patahan atau pergeseran dua. Patahan ketiga bisa meninggalkan lubang yang cukup luas dan dalam,” kata Petrus Subin, Kepala BPBD Manggarai Timur, merujuk hasil kajian BGP MBG.

Ia mengatakan, pergerakan tanah awalnya akibat curah hujan yang tinggi dalam kurun waktu yang lama.

“Kondisi ini mengancam kehidupan warga setempat,” kata Petrus seperti dikutip detik.com.

Penulis: Andri Saje | Editor: Aidan Putra